Abstrak
Growth and development of teeth is not always normal,
frequently found some anomalies such as hypodontia.
Hypodontia occurs at the initiation stage in the growth of teeth, where the lack of activity of mesenchymal tissue. The
cause of hypodontia are environmental factors and genetic factors, but hypodontia
often found in some syndromes. Kabuki syndrome (KS) is also known as Kabuki
make-up syndrome, as well as Niikawa–Kuroki syndrome a mental retardation syndrome
with several other manifestations.
One of the oral manifestations
sydrome kabuki is
hypodontia that occurs in a third of cases of Kabuki syndrome.
In this paper will
discuss the influence of the
hypodontia kabuki syndrome. This is a challenge for dentists to deal
with hypodontia in patients with
Kabuki syndrome.
Key word : Hipodonsia, Anomali Gigi, Sindrom kabuki.
Pendahuluah
Gigi berasal dari dua jaringan
embrional, yaitu ektoderm, yang membentuk enamel ,dan mesoderm yang membentuk
dentin, sementum, pulpa, dan juga jaringan-jaringan penunjang.
Perkembangan gigi geligi pada masa embrional dimulai pada minggu ke-6
intrauterin ditandai dengan proliferasi epitel oral yang berasal dari jaringan
ektodermal membentuk lembaran epitel yang disebut dengan primary
epithelial band. Primaryepithelial band yang sudah terbentuk ini
selanjutnya mengalami invaginasi ke dasar jaringan mesenkimal
membentuk 2 pita pada masing-masing rahang yaitu pita vestibulum yang
berkembang menjadi segmen bukal yang merupakan bakal pipi dan bibir serta
pita lamina dentis yang akan berperan dalam pembentukan benih gigi.Pertumbuhan dan perkembangan gigi dibagi dalam 3
tahap, yaitu perkembangan, kalsifikasi,
dan erupsi. Tahap perkembangan gigi dibagi lagi menjadi inisiasi, proliferasi,
histodiferensiasi, morfodiferensiasi, dan aposisi. Penderita hipodontia mengalami halangan pada proses pembentukan benih
gigi dari epitel mulut, yakni pada tahap inisiasi1.
Factor-faktor yang menyebabkan
hipodonsia dibagi menjadi 2, yaitu factor lingkungan seperti infeksi virus,
trauma, pengaruh obat-obatan dan radiasi dan faktor genetic misalnya mutasi
gen. Hipodonsia juga dapat terlihat pada beberapa sindrom, seperti sindrom
down, pierre robin,ectodermal dysplasia dan sindrom kabuki.
Sindrom make-up Kabuki (sindrom kabuki)
merupakan suatu kelainan bawaan yang pertama kali ditemukan pada tahun 1981
oleh Niikawa dkk dan Kuroki dkk, dalam dua studi independen yang melibatkan
anak-anak yang tidak memiliki hubungan pada dua rumah sakit di daerah Kanto dan
Hokkaido Jepang. Akan tetapi, karakteristik sindrom ini sekarang telah
ditemukan pada pasien-pasien non-Jepang dengan jumlah yang semakin meningkat.
Etiologi sindrom kabuki masih belum pasti dan kelainan ini biasanya
bermanifestasi sebagai kasus-kasus sporadis dalam satu keluarga. Frekuensi
sindrom kabuki yang diperkirakan adalah sekitar 1 diantara 32.000 di Jepang dan
kemungkinan lebih rendah diantara ras kulit putih. Sampai sekarang, lebih dari
350 kasus telah ditemukan di seluruh dunia, yang menandakan bahwa, walaupun
sindrom kabuki lebih prevalen pada orang-orang Asia, penyakit ini juga mengenai
kelompok etnis lainnya9.
Diagnosis
klinis dari sindrom kabuki didasarkan pada 5 karakteristik yaitu fitur
wajah khas
(100% dari kasus), anomali dermatoglyphic (93%), kelainan tulang (92%),
keterbelakangan mental
ringan sampai moderat (92%) dan kegagalan pertumbuhan postnatal dengan perawakan pendek (83%)9. 68 % dari penderita sindrom kabuki
menunjukkan manifestasi oral diantaranya hipodontia, mikrognatia, sumbing bibir
dan palatal, erupsi gigi yang tertunda, gigi fusi dan geminasi. Manifestasi
oral yang paling banyak ditemukan adalah hipodontia. Dalam makalah ini akan
disajikan pengaruh sindrom kabuki terhadap hipodonsia.
A.
Hipodonsia
1.
Pengertian
Hipodonsia adalah kegagalan perkembangan dari satu atau
beberapa benih gigi (kurang dari 6 gigi) yang relative umum terjadi. Jika enam
atau lebih gigi yang gagal berkembang disebut dengan oligontia, sedangkan
anodontia digunakan untuk menunjukkan kegaglan perkembangan seluruh gigi. 2
Hipodonsia dapat
disebabkan oleh factor lingkungan, genetic atau terkait dengan suatu sindrom.
Studi tentang molekuler tumbuh kembang gigi terkait hipodonsia telah dilakukan,
tapi belum ditemukan mekanisme yang menyebabkan terjadinya hipodonsia.3 Gagalnya
perkembangan gigi yang sering terjadi adalah pada gigi premolar dengan
frekuensi 50%, kemudian insisivus lateral rahang atas dengan frekuensi 25%,
diikuti dengan gigi premolar dua dengan frekuensi 20 % dan gigi insisivus
sentralis mandibula dengan frekuensi 6,5%2.
2.
Gambaran
Klinis Hipodonsia
Sebuah
anomali congenital yang terjadi pada proses pembentukan gigi geligi yang
mengakibatkan pengurangan jumlah gigi disebut dengan hipodonsia. Penelitian
terbaru menunjukkan terjadi peningkatan penderita hipodonsia. 80-85% dari kasus hipodonsia, agenesis terjadi hanya satu atau dua
gigi, yang menunjukkan bahwa kebanyakan orang hanya menderita hipodonsia ringan2,10.
Hipodonsia
telah diidentifikasi sebagai penyakit non-syndromic dimana merupakan penyakit
bawaan dan sindromik yang merupakan manifestasi dari penyakit tertentu. Anomaly
lain yang terkaid dengan hipodonsia seperti mikrodonsia, makrodonsia, dan
anomaly dalam bentukgigi, yang umumnya gigi meruncing . Bentuk non-syndromik
hipodonsia dapat sporadic atau turunan, dan sering dilaporkan sebagai warisan
dengan cara autosomal dominan dimana
akan menampilkan fenotopik heterogenitas yang diukur dengan sifat kehilangan
gigi dan perubahan lainnya dalam gigi10.
3.
Etiologi
Factor-faktor yang
menyebabkan terjadinya hipodonsia adalah sebagai berikut :
a.
Faktor
lingkungan
Faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap terjadinya hipodonsia adalah ;
·
Infeksi
misalnya rubella
·
Trauma
·
Obat-obtan
misalnya thalidomide
·
Kemoterapi
atau radioterapi pada usia tumbuh kembang gigi
·
Dan juga dapat disebabkan oleh gangguan dalam jaringan saraf,
mukosa mulut, dan jaringan pendukung yang berpengaruh dalam proses
odontogenesis4.
b.
Faktor
genetik
Dari suatu penelitian
ditemukan bahwa hipodonsia adalah cacat gen tunggal, yang sering ditransmisikan
sebagai sifat dominan autosomal dengan penetrasi yang tidak sempurna. Mutasi
gen MSX1 dan PAX9 menyebabkan hilangnya gigi permanen.4
Hipodonsia
juga sering terlihat pada beberapa sindrom, terutama yang melibatkan anomaly
ektodermal, dan kondisi non-sindrom seperti bibir sumbing dengan atau tanpa
langit-langit sumbing. Manifestasi hipodonsia terlihat di beberapa sindrom
bersamaan dengan kelainan organ lain. Beberapa yang paling dikenal adalah sindrom terisolasi bibir sumbing / langit-langit,
Pierre Robin urutan,
Van der Woude
sindrom, MSX1 mutasi,
hypohidrotic ectodermal dysplasia (EDA atau
HED), Ectrodactyly-ectodermal dysplasia-Terbelah
sindrom (MEE), langit-langit
bibir Sumbing ectodermal
dysplasia syndrome (CLPED1), incontinentia pigmenti (IP, Bloch-Sulzberger syndrome), Hypohidrotic
ectodermal dysplasia dan defisiensi imun (HED-ID), Oral wajah
sindrom jenis digital I (OFD1), Witkop
gigi-kuku sindrom,
sindrom Fried, buku
syndrome (PHC), rambut-kuku-kulit-gigi
dysplasias, Rieger sindrom, Holoprosen cephaly,
sindrom Down (trisomi 21), Wolf-Hirschhorn sindrom
(penghapusan 4p), Kabuki sindrom, displasia
Diastrophic (DTD), Hemifacial microsomia dan
Resesif insisivus hipodonsia (Rih).5
Hipodonsia
dapat timbul pada seseorang tanpa riwayat kelainan pada generasi sebelumnya,
tapi bisa juga kelainan yang diturunkan.
B.
Sindrom
Kabuki
1.
Pengertian
Kabuki syndrome (kabuki make-up syndrome atau
Niikawa-Kuroki syndrome) adalah
kelainan kongenital atau sindrom retardasi mental yang tidak diketahui
penyebabnya dengan pasti. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Jepang pada
tahun 1981 oleh Nikawa et al dan Kuroki et al dalam dua penelitian anak pada
dua pusat di Jepang yaitu di Kanto dan Hokkaido. Kabuki syndrome merupakan kelainan genetik yang jarang ditemukan6.
Kelainan
ini dinamakan Kabuki Syndrome karena
pada sindrom ini mempunyai ciri wajah yang khas yaitu seperti make-up para
aktor teater tradisional kabuki di Jepang yaitu garis kelopak mata yang
panjang, alis mata melengkung tinggi dan bagian setengah lateral jarang, dan
kelopak mata tertarik keluar, tetapi istilah “make up” dihilangkan karena
menyebabkan kebingungan pada orang tua dan menyinggung perasaan mereka6.
2.
Etiologi
Penyebab
dari Kabuki Syndrome adalah
mutasi pada gen MLL2. Gen ini berfungsi untuk memberikan instruksi untuk
membuat protein, ditemukan di banyak organ dan jaringan tubuh7.
Fungsi protein MLL2 sebagai methyltransferase histon. Methyltransferases histone merupakan enzim yang memodifikasi protein yang
disebut histon. Histon adalah protein
struktural yang melekat (mengikat)
DNA dan memberikan bentuk kromosom . Dengan menambahkan molekul yang disebut kelompok metil untuk histon, histone methyltransferases mengatur aktivitas gen tertentu, yang penting untuk perkembangan normal dan fungsi. Methyltransferase histone dihasilkan dari gen MLL2 yang mengaktifkan gen tertentu yang penting untuk perkembangan8.
Mutasi gen MLL2 yang terkait
dengan sindrom kabuki adalah kurangnya fungsional MLL2 protein, sehingga
mengganggu perannya dalam metilasi histon dan merusak aktivasi gen tertentu
dibeberapa organ tubuh dan jaringan8. Tapi beberapa orang dengan
sindrom kabuki tidak ditemukan mutasi gen MLL27.
3.
Gambaran klinis sindrom kabuki
Diagnosis klinis dari sindrom kabuki
didasarkan pada 5 karakteristik yaitu fitur
wajah khas
(100% dari kasus), anomali dermatoglyphic (93%), kelainan tulang (92%), keterbelakangan
mental ringan sampai
moderat
(92%) dan kegagalan pertumbuhan postnatal dengan perawakan pendek (83%)9.
1.
Fitur
wajah yang khas
·
Fisur
papebral memanjang dengan eversi sepertiga lateral kelopak mata bawah
·
Alis
melengkung
·
Bulu mata
panjang dan melengkung
·
Septum
hidung pendek dengan ujung hidung datar
·
Telinga
besar dan menonjol, berbentuk seperti cangkir7,9.
2.
Anomali
skeletal
· Kelainan kolum spinal, termasuk sumbing tulang sagital, vertebra, diskus
intervertebralis sempit
· Brakhialdaktili V
· Brakhiamesopalangi
· Klinodaktili
3. anomali dermatoglyphc
4. cacat mental ringan sampai moderat
(sedang)
5. kegagalan pertumbuhan postnatal dengan
perawakan pendek7.
Sumber : Bianca Mota dos Santos; Roberta Rezende Ribeiro. Kabuki make-up (Niikawa-Kuroki) syndrome
Gambar : pandangan frontal yang menunjukkan gambaran khas sindrom kabuki
Manifestasi oral umum diamati pada
sindrom kabuki bisa mencakup mikrognathia, retrognathia, palatum yang
melengkung, crossbite posterior, bibir/palatum cleft, lidah bifid dan uvula,
gigi yang jarang, geraham sulung permanen ektokik, erupsi gigi tertunda,
resorpsi akar eksternal dari gigi seri dan geraham sulung permanen, gigi
miring, dan kelainan-kelainan dental seperti hipodonsia, gigi kerucut, gigi
seri yang berbentuk seperti obeng, gigi neonatal, fusi, dan germinasi9.
Disamping karakteristik yang lazim dari
sindrom ini, temuan-temuan yang bisa membantu diagnosis mencakup kerentanan
terhadap infeksi, hipotonia muskular menyeluruh, kelainan neurologis, laksitas
sendi, gangguan penglihatan dan pendengaran, kelainan jantung bawaan
(prevalensi 20% hingga 80%), kelainan-kelainan skeletal, anorektal, dan saluran
genitouriner. Kelompok pasien ini memiliki riwayat keterlambatan pandai
berbicara dan penguasaan bahasa, yang kelihatannya disebabkan oleh koordinasi
motoris oral yang buruk dan hypotonia beserta kelainan-kelainan kraniofacial9.
Pembahasan
Penderita
hipodonsia mengalami halangan pada proses
pembentukan benih gigi dari epitel mulut, yakni pada tahap inisiasi. Dimana
pada tahap inisiasi terjadi proses penebalan jaringan ektodermal, sedangkan
pada penderita hipodontia tidak ada aktifitas dari jaringan ektodermal.
Gangguan yang mungkin bisa menyebabkan hipodonsia adalah gangguan
proses sintesis protein yang membentuk matriks organ enamel ( ketidakmampuan
ameloblas bekerjasama dengan odontoblas dalam membentuk enamel)1.
Sindrom
kabuki merupakan sindrom dengan mutasi pada gen MLL2, dimana MLL2 ini berfungsi
sebagai methyltransferase histon. histone methyltransferases mengatur aktivitas gen tertentu, yang penting untuk perkembangan normal dan fungsi. Methyltransferase histone dihasilkan dari gen MLL2 yang mengaktifkan gen tertentu yang penting untuk proses pertumbuhan dan perkembangan8.
Akibat dari mutasi gen MLL2 adalah terganggunya metilasi histon dan merusak
aktivitas gen tertentu.
Hipodontia dapat terjadi pada penderita
sindrom kabuki. Dimana pada pasien sindrom kabuki hipodonsia terbanyak terjadi
pada gigi insisivus sentral dan lateral , serta gigi premolar. Berdasarkan
penelitian 17 kelompok pasien dengan
Kabuki make-up sindrom
1981-2004,
ditemukan bahwa terdapan 70% manifestasi oral, dan sepertiga dari penderita
sindrom kabuki mengalami hipodonsia9.
Berikut ini adalah gambar penderita sindrom kabuki
yang mengalami hipodonsia dengan gigi yang jarang.
Sumber : Lung S, Rennie
A. Kabuki Syndrome : A case Report
MSX1 dan PAX9 adalah faktor
transkripsi yang dibutuhkan untuk perkembangan normal dari gigi. MSX1 merupakan Muscle
segment homebox yang bertindak berulang-ulang selama
organogenesis. PAX9 merupakan gen Paird box domain yang
dinamai sesuai dengan keberadaan DNA yang mengikat paired domain.
PAX9 memainkan peranan penting sebagai pengatur pluripotensi dan diferensiasi
seluler selama pola embrio dan organogenesis. MSX1 dan PAX9 akan berinteraksi
selama tahap perkembangan gigi, PAX9 diketahui untuk mengaktifkan transkripsi
MSX1 pada tahap tunas. Tanpa adanya MSX1 maupun PAX9, pertumbuhan gigi akan
terhambat10.
Mutasi gen MLL2 dapat menyebabkan
kurangnya fungsional dari histon dan dapat mengganggu aktivasi gen tertentu.
Kemungkinan hipodonsia pada sindrom kabuki disebabkan oleh mutasi pada gen MLL2
yang merusak interaksi antara PAX9 dan MSX1 pada tahap tunas, sehingga
pertumbuhan gigi akan terhambat.
Kesimpulan
Hipodonsia
merupakan salah satu menifestasi oral dari sindrom kabuki. Dari hasil
penelitian ditemukan sepertiga penderita sindrom kabuki mengalami hipodonsia.,
kehilangan gigi terbanyak pada kasus
sindrom kabuki adalah gigi incisivus
lateralis, sentralis dan gigi premolar. MSX1 dan
gen PAX9 bertanggung jawab terhadap
pertumbuhan gigi, dimana pada sindrom kabuki terjadi mutasi gen
MLL2 yang menyebabkan rusaknya gen tertentu, kemungkinan salah satu gen yang
mengalami kerusakan adalah MSX1 dan PAX9, sehingga akan berakibat pada
hipodonsia.
Daftar
Pustaka
1.
Harshanur,
Itjingningsih Wangidjaja. 1991 .Anatomi Gigi . Jakarta : EGC
2.
Catherine M. McNamara.
Multidisplinary Management of Hypodontia in Adolescents: Case Report. J Can Dent Assoc Vol 72(8):740–6. 2006.
3.
Oraide Maria Santos Oliveira, Débora Pallos, Fabiana Gil, José Roberto
Cortelli. Prevalence of Hypodontia and The Alteration
of Dental Anatomy Related. Foxit Software Company, 2004.
4.
Charlene Chun-Lam Wu ,
Ricky Wing-Kit Wong †, Urban Hägg †. A
review of hypodontia: the possible etiologies and orthodontic, surgical and
restorative treatment options—conventional and futuristic. Hong Kong
Dental Journal Vol ;4:113-21.2007.
5.
Binali Cakur, Saadettin
Dagistan, Ozkan Miloglu, Murat Bilge. Nonsyndromic Oligodontia in Permanent
Dentition: Three Siblings. the
Internet Journal of Dental Science Volume 3 Number 2. 2006.
6. Lung
S, A Rennie. Kabuki Syndrome : A Case Report. Journal of Orthodontics vol. 33 no. 4 242-245. December
2006.
7. Margaret
P Adam, Louanne Hudgins, and Mark Hannibal. Kabuki Syndrome. Am J Med Genet. 2011.
8.
Sarah
B. Ng, Abigail
W. Bigham, Kati
J. Buckingham,Mark
C. Hannibal,Margaret
McMillin, Heidi
Gildersleeve, Anita
E. Beck, Holly
K. Tabor, Greg
M. Cooper, Heather
C. Mefford, Choli
Lee, Emily
H. Turner, Josh
D. Smith, Mark
J. Rieder, Koh-ichiro
Yoshiura, Naomichi
Matsumoto, Tohru
Ohta, Norio
Niikawa, Deborah
A. Nickerson,1 Michael
J. Bamshad,† and Jay
Shendure†.
Exome sequencing identifies MLL2 mutations as a cause of Kabuki
syndrome. Net Genet Vol 42(9) ; 790-793.2010.
9.
Bianca Mota dos Santos,
Roberta Rezende Ribeiro, Adriana Sasso Stuani, Francisco Wanderley Garcia de
Paula e Silva, Alexandra Mussolino de Queiroz. Kabuki make-up (Niikawa-Kuroki)
syndrome: dental and craniofacial findings in a Brazilian child . Braz. Dent.
J. vol.17 no.3 .2006.
10. Trevor
J Pemberton, Parimal Das, Pragna I Patel. Hypodontia: genetics and future
perspectives. Braz J Oral Sci. Vol. 4(13). 2005.
Terimakasih, materinya membantu buat MAKALAH
BalasHapus